TUGAS
PENGGANTI UTS
PRAKTIK
KONSELING KELOMPOK
Dosen
Pengampu : Drs. Dasmin
Disusun Oleh
:
FEBRI SOFYANTI 10110079
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIDKAN
PERSATUAN GURU
REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) BANDAR
LAMPUNG
2012
BAB I. PENDAHULUAN
Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam
rangka membantu konseli menghadapi masalahnya adalah dengan memberikan
pelayanan konseling kelompok. Menurut Prayitno (1997) layanan bimbingan
kelompok dan konseling kelompok merupakan dua jenis layanan kegiatan yang
saling keterkaitannya sangat besar. Keduanya mempergunakan dinamika kelompok
sebagai media kegaitannya. Lebih jauh Sukardi dan Kusmawati (2008)
mengungkapkan bahwa masalah yang dapat dibahas meliputi berbagai masalah dalam
segenap bimbingan (yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir).
Layanan Konseling kelompok yang memungkinkan beberapa orang secara
bersama-sama melangsungkan proses kegiatan menjadikannya lebih efisien dalam
hal penggunaan waktu. Hal ini tentu menguntungkan banyak pihak, mulai dari
konselor itu sendiri dan konselinya. Manfaat lain dari BK kelompok ini adalah
menjadi luasnya perspektif siswa yang mengalami masalah karena mendapatkan
banyak masukan dari anggota kelompoknya.
Untuk mendapatkan proses yang maksimal dalam pelaksanaan bimbingan
konseling kelompok, maka dibutuhkan perencanaan program layanan yang matang.
Tidak hanya itu langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses pelaksanaan
bimbingan konseling kelompok pun hendaknya telah dipersiapkan dengan matang
oleh konselor, bahkan hingga proses tindak lanjut sekali pun.
Masalah dalam konseling kelompok
biasanya membahas masalah-masalah umum bagi peserta layanan. Jika suasana
kelompok belum tercipta maka sulit bagi peserta layanan untuk mengungkapkan
masalah pribadinya sehingga konseling kelompok agak sulit pelaksanaannya
Pelayanan konseling kelompok adalah
salah satu kegiatan layanan yang paling banyak dipakai karena lebih efektif.
Banyak orang yang mendapatkan layanan sekaligus dalam satu waktu. Layanan ini
juga sesuai dengan teori belajar karena mengandung aspek social yaitu belajar
bersama. Peserta layanan akan berbagi ide dan saling mempengaruhi untuk
berkembang menjadi manusia seutuhnya.
BAB II. LANDASAN TEORI
a.
Pengertian Bimbingan Kelompok
1) Menurut Dewa Ketut
Sukardi (2002 :48),bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan
sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara
sumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk
menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar,
anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
2) Menurut Prayitno (
1995 : 62 ) menyatakan Bimbingan kelompok berarti memanfaatkan dinamika untuk
mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling. Bimbingan kelompok lebih
merupakan suatu upaya bimbingan kepada individu-individu melalui kelompok.
b.
Pengertian Konseling Kelompok
1) Menurut Dewa Ketut
Sukardi (2003), konseling kelompok merupakan konseling yang di selenggarakan
dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjdi di dalam
kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang
muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap
bidang bimbingan (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir).
2) Menurut Winkel (2007), konseling kelompok adalah suatu proses
antarpribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang
disadari..
3) Menurut Prayitno
(2004), layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling
perorangan yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Disana ada konselor dan
ada klien, yaitu para anggota kelompok (yang jumlahnya minimal dua orang).
Disana terjadi hubungan konseling dalam suasana yang diusahakan sama seperti
dalam konseling perorangan yaitu hangat, permisif, terbuka dan penuh keakraban.
Dimana juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran
sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah (jika perlu dengan
menerapkan metode-metode khusus), kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
Dari uraian-uraian yang
disampaikan beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
Layanan
Konseling Kelompok (KKp) adalah
layanan yang memungkinan peserta didik ( masing-masing
anggota kelompok ) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta
didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan
pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
Layanan
Bimbingan Kelompok (BKp) adalah
layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara
bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok
bahasan
( topik ) tertentu untuk menunjang pemahaman
dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau
tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik
dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan ( topik ) tertentu untuk
menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan
keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan
Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan
pengembangan.
Yang sangat menentukan keefektifan
layanan kelompok adalah suasana kelompok yang :
1. Interaksi
yang dinamis
2. Keterikatan
emosional
3. Penerimaan
4. Altruistik,
mengutamakan kepedulian terhadap orang lain
5. Intelektual
(rasional, cerdas dan kreatif). Menambah ilmu dan wawasan individu serta dapat
menumbuhkan ide-ide cemerlang.
6. Katarsis
(mengemukakan uneg-unegnya, idenya dan gagasannya). Menyatakan emosinya yang
lebih mengarah pada pengungkapan pmasalah yang dipendam.
7. Empati (suasana yang
saling memahami tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan sehingga dapat
menyesuaikan sikapnya dengan tepat). Hal ini diciptakan melalui pentahapan
dan kemampuan pemimpin kelompok.
Menurut Winkel (2004: 592), Tujuan umum layanan KKp dan BKp
adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan
komunikasi peserta layanan. Dalam kaitan ini, sering menjadi kenyataan bahwa
kemampuan bersosialisasi atau berkomunikasi seseorang sering terganggu oleh perasaan,
pikiran persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif, sempit dan terkungkung
serta tidak efektif. Melalui layanan KKp dan BKp hal-hal yang mengganggu atau
menghimpit perasaan dapat diungkapkan, dilonggarkan, diringankan melalui
berbagai cara; pikiran yang suntuk, buntu, atau beku dicairkan dan didinamikkan
melalui berbagai masukkan dan tanggapan baru; persepsi dan wawasan yang
menyimpang dan/atau sempit diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran,
penyadaran dan penjelasan; sikap yang tidak objektif, terkungkung dan tidak
terkendali, serta tidak efektif digugat dan didobrak; kalau perlu diganti
dengan yang baru yang lebih efektif. Melalui kondisi dan proses berperasaan,
berpikir, berpersepsi dan berwawasan yang terarah, luwes, dan luas serta
dinamis kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi dan bersikap dapat
dikembangkan. Khususnya untuk layanan KKp, selain bertujuan sebagaimana BKp,
juga bermaksud mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika
kelompok.
Dalam layanan KKp dan BKp berperan dua pihak, yaitu
pemimpin kelompok dan peserta atau anggota kelompok.
1. Pemimpin Kelompok
Pemimpin Kelompok ( PK ) adalah konselor yang terlatih dan berwenang
menyelenggarakan praktik konseling
profesional. Sebagaimana untuk jenis layanan konseling lainnya, Konselor
memiliki ketrampilan khusus menyelenggarakan KKp dan BKp. Dalam KKp dan BKp
tugas PK adalah memimpin kelompok yang benuansa layanan konseling melalui
“bahasa” konseling untuk mencapai tujuan-tujuan konseling. Secara khusus, PK diwajibkan
menghidupkan dinamika kelompok di antara semua peserta seintensif mungkin yang
mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dan khusus tersebut di atas.
2. Anggota Kelompok
Tidak semua kumpulan orang atau individu dapat dijadikan anggota KKp atau
BKp. Untuk terselenggaranya KKp atau BKp seorang konselor perlu membentuk
kumpulan individu menjadi sebuah kelompok dimana didalam suatu kelompok
besarnya kelompok dibatasi. Besarnya kelompok ( jumlah anggota kelompok ), dan
homogenitas atau heterogenitas anggota kelompok dapat mempengaruhi kinerja
kelompok
LANGKAH-LANGKAH
BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK
Prosedur
pelaksanaan menurut Prayitno Bimbingan kelompok dan Konseling Kelompok
diselenggarakan melalui empat tahap kegiatan, yaitu :
1.
Tahap
Pembentukan
Dilihat
dari prosesnya, pelaksanaan bimbingan dan konseling kelompok diawali dengan
tahap pembentukan. Tahap ini merupakan tahap pengenalan dan pelibatan anggota
kelompok. Sebelum perkenalan pada bagian awal dijelaskan tujuan umum, prinsip,
serta prosedur kegiatan. Jangan lupa, berikan apresiasi kepada semua anggota
yang hadir pada saat itu. Apresiasi dapat dilakukan dalam bentuk ucapan selamat
datang dan terima kasih atas kehadirannya.
Misalnya :
” Selamat datang anak-anak, pada pertemuan kita kali ini. Senang sekali Ibu
bisa bertemu Anda, teriring harapan semuga pertemuan ini memberikan manfaat
yang sangat besar bagi kita semua.”
Sementara
itu, agar proses perkenalan efektif, maka guru pembimbing sebaiknya memberikan
contoh, sekaligus memulai proses perkenalan.
Setelah
selesai, guru pembibing selanjutnya meminta masing-masing siswa memperkenalkan
dengan cara dan gayanya sendiri. Dapat diprediksi, cara siswa memperkenalkan
diri akan mendekati cara guru guru memperkenalkan diri. Hal ini tentu saja
sebuah kemajuan, karena biasanya ketika diminta memperkenalkan diri, mereka
hanya sekedar menyebutkan namanya, sesuatu yang selama ini sudah sangat
dikenal. Agar suasana lebih terasa familiar, guru pembimbing dapat memberikan
lontaran-lontaran kepada siswa yagn memperkenalkan diri, misalnya ketika siswa
yang memperkenalkan diri tidak menyebutkan kegemarannya, dapat dilontarkan
joke. Lontaran-lontaran tersebut dapat pula dilakuakn oleh anggota kelompok
yang lain.
Posisi
pemimpin kelompok sangat strategis dalam kegiatan ini. Oleh karena itu pimpinan
kelompok perlu memusatkan perhatian pada :
§
Penjelasan
tentang tujuan kegiatan
§
Penumbuhan rasa saling mengenal antaranggota
§
Penumbuhan sikap saling mempercayai dan saling
menerima
§
Penggerak pembahasan tentang tingkah laku dan
suasana perasaan dalam kelompok.
Pada
pertemuan pertama, memang harus diakui jika waktu yang dibutuhkan untuk
masing-masing kelompok relative lebih lama, dibandingkan pertemuan-pertemuan
berikutnya. Hal ini dapat dipahami, karena pada pertemuan pertama perlu
dibangun sebuah komitmen melalui pencairan suasana sekaligus penjelasan tentang
tujuan serta prosedur penyelenggaraan bimbingan dan konseling kelompok.
Sedangkan pada pertemuan-pertemuan kelompok berikutnya hal ini tidak perlu dilakukan
secara rinci seperti ini. Akan tetapi pemberian apresiasi dari guru pembimbing,
dengan cara yang khas, tetap perlu dipertahankan. Ungkapan bagaimana keadaan
anggota kelompok, atau keadaan keluarga, merupakan cara efektif memeliha dan
membangun hubungan antara guru pembibing dengan anggota kelompok, sekaligus
menunjukkan apresiasi terhadap keadaan anggota kelompok.
2.
Tahap
Peralihan
Setelah
tahap perkenalan selesai dilakukan, langkah berikut yang harus dilakukan adalah
tahap peralihan. Tahap peralihan pada hakekatnya merupakan jembatan antara
tahap pembentukan dengan tahap selanjutnya, yaitu tahap kegiatan. Dengan kata
lain, tahap peralihan ini merupakan tahap penegasan bahwa seluruh anggota telah
memahami maksud, tujuan, dan prosedur penyelenggaraan bimbingan atau konseling
kelompok, dan siap untuk aktifitas kelompok berikutnya. Pada tahap ini,
pimpinan kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh masing-masing
anggota kelompok pada tahap selanjutnya. Jika kelompok ini termasuk “kelompok
bebas,” maka setiap anggota kelompok berhak mengajukan masalah yang menurut
pendapatnya penting untuk dibahas. Sementara itu, jika kelompoknnya termasuk
“kelompok tugas” maka masalah yang akan dibahas sudah disiapkan oleh pimpinan
kelompok (guru pembimbing), dan para siswa diminta memberikan tanggapan dan
saran-sarannya terhadap permasalahan yang diungkapkan tersebut.
Salah
satu contoh ungkapan yang dapat dilontarkan pada tahap peralihan ini adalah :
“Setelah kita saling mengenal dan mengetahui tujuan bimbingan kelompok, pada
tahap selanjutnya saya meminta kalian untuk dapat berpartisipasi secara aktif
seperti halnya kita terbuka ketika berkenalan.’
Karena
sifatnya penegasan dan jembatan, maka secepat tahap ini selesai, anggota
kelompok pada dasarnya sudah siap untuk melakukan pembahasan tentang materi
atau topik yang akan dijadikan bahannkajian, pada tahap kegiatan.
3.
Tahap
Kegiatan
Tahap
kegiatan merupakan tahap inti dari kegiatan bimbingan dan konseling kelompok.
Pada tahap ini peran pimpinan kelompok lebih kepada mendorong, menghidupakan,
dan mengarahkan dinamika kelompok. Pimpinan kelompok menjadi reflektor dan
sirkulator dari proses diskusi kelompok.
Untuk “kelompok bebas,” proses kegiatan dimulai dengan memberikan kesempatan
kepada masing-masing anggota kelompok mengemukakan permasalahan atau topik yang
akan dibahas. Selanjutnya dihimpun, dipilih, dan disepakati dengan
mempertimbangkan factor kemendesakan serta dampak yang ditimbulkan dari
permasalahan tersebut.
Untuk
memberikan gambaran pada bagian berikut disajikan contoh, ketika guru
pembimbing memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan permasalahan
atau topik bimbingan
“Baik, sekarang saya meminta kalian, mengemukakan kira-kira topik atau
permasalahan apa yang menurut Anda penting untuk dibahas dalam kegiatan kita
kali ini. Masalah yang dikemukakan hendaknya bersifat umum bukan masalah
pribadi, karena masalah pribadi akan dibahas dalam forum lain.”
“Baik siapa yang mau memulai …. ?”
Sementara
itu, Untuk “Kelompok Tugas,” proses kegiatan dimulai dengan mengemukakan topik
yang akan dibahas dan telah dipersiapkan oleh guru pembimbing sebelumnya. Topik
ini dapat saja dianggkat dari berbagai kecenderungan prilaku yang dilakukan
remaja, seperti dari hasil pengamatan, media masa, atau film.
Pengantar yang dapat
dilakukan guru pembimbing, diantaranya :
“Anak-anak topik yang akan dibahas pada pertemuan kali ini berkenaan dengan
upaya menciptakan lingkungan sekolah yang bebas narkoba. Kira-kira upaya apa
yang menurut kalian tepat untuk kita lakukan ?”
Setelah
masalah disepakati, langkah selanjutnya adalah melakukan pembahasan terhadap
materi atau topik yang telah disepakati tadi. Dalam pelaksanaannya, guru
pembimbing berperan untuk menstimulasi seluruh anggota agar masing-masing
anggota berkontribusi, khususnya dalam memberikan pendapat atau solusi terhadap
permasalahan yang dibahas. Oleh karena itu, penggunaan teknik brainstorming
atau curah pendapat sangat efektif digunakan.
Dengan
teknik ini, pada tahap awal, setiap peserta secara bergiliran diminta mengemukakan
pendapatnya, dan hanya satu pendapat atau satu solusi dari sejumlah solusi yang
mungkin dapat diberikan. Hal ini ini penting dilakukan untuk memberikan
kesempatan kepada semua anggota secara merata, sekaligus menghindari prilaku
dominatif dari satu atau dua orang anggota, yang sering terjadi dalam sebuah
diskusi
Salah satu langkah
yang dapat dilakukan adalah mengendalikan kecenderungan prilaku dominatif
tersebut, misalnya :
”Oke, sementara cukup satu dulu ya, kita coba dengarkan pendapat anggota yang
lain, bagaimana ?”
Fenomena lain yang
perlu diperhatikan dalam sebuah proses kelompok, adalah terlalu cepatnya
komentar diberikan terhadap sebuah pendapat. Terlebih lagi jika komentar yang
diberikan, bersifat menolak atau negatif. Peran guru pembimbing sebagai
reflektor dan sirkulator pembahasan, harus dimainkan secara efektif. Penggunaan
kata-kata :”bagus, good ide, menarik sekali pendapatnya, gagasan yang brilian,
luar biasa pendapatnya, bagaimana pendapat yang lain”, atau ungkapan-ungkapan
lainnya dapat digunakan sebagai media refleksi terhadap pendapat anggota.
Penggunaan ungkapan
di atas, merupakan penghargaan sekaligus memberikan kesempatan kepada kelompok
untuk mengambil insiatif dalam membahas suatu permasalahan. Dengan langkah
seperti ini kelompok akan semakin dinamis, dan hal seperti inilah sesungguhnya
yang diharapkan dari sebuah proses bimbingan kelompok.
Berdasarkan
pemikiran seperti ini maka bimbingan kelompok bukanlah sebuah pertemuan yang
diisi hanya dengan memberikan informasi pada sejumlah siswa dalam sebuah
kelompok. Bimbingan kelompok adalah sebuah proses membangun pemahaman dan
kesadaran yang dilakukan secara dinamis dalam sebuah kelompok.
4.
Tahap
pengakhiran
Tahap
ini merupakan tahap akhir dari suatu sesi kegiatan bimbingan dan konseling kelompok.
Pada tahap ini perlu disajikan kembali kesimpulan dari hasil-hasil pertemuan
sekaligus mengingatkan anggota tentang agenda pertemuan selanjutnya. Dalam
prosesnya, upaya menarik kesimpulan sebaiknya dilakukan oleh anggota kelompok,
peran guru pembimbing lebih diarahkan pada pemberian penekanan kepada anggota
untuk memelihara komitmen anggota.
Sebelum
kegiatan ini berakhir, pemimpin kelompok, dalam hal ini guru pembimbing,
meminta kesan-kesan dari para peserta dan kesan-kesan tersebut dapat dikaitkan
dengan agenda pertemuan berikutnya, misalnya :
”Bagaimana kesan atau komentar Anda tentang kegiatan kita kali ini ?”
Jika
peserta terdiam, guru pembimbing dapat menindaklanjutinya dengan pancingan
pertanyaan berikut ini :
”Apakah kegiatan kita bermanfaat ? Ada komentar ?”
Jika
kesan atau respon yang disampaikan peserta tidak terlalu menggembirakan, guru
pembimbing dapat meminta pendapat siswa berkenaan dengan hal-hal apa saja yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan produktifitas kegiatan bimbingan
kelompok. Sebaliknya jika respon peserta positif, maka pertanyaan berikut dapat
diajukan, yaitu :
”Menurut kalian, apakah kegiatan kita ini perlu kita tindaklanjuti ?”
”Jika perlu, kapan sebaiknya pertemuan ini kita lanjutkan ?”
Mengakhiri
seluruh rangkaian kegiatan ini, guru pembimbing dapat memberikan ungkapan yang
membangkitkan motivasi siswa, seperti :
”Terima kasih, kalian telah berkontribusi secara produktif dalam kegiatan ini,
mudah-mudahan hasil pembicaraan yang kita lakukan dapat kita tindaklanjuti
dengan baik. Selamat belajar, dan tetap semangat”
BAB III. PENUTUP
Dari uraian yang telah
dipaparkan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa membina layanan
bimbingan kelompok akan meningkatkan hubungan dan mengelola emosi. Karena
membina hubungan dan mengelola emosi juga termasuk dalam indikator penyesuaian
dirimaka dapat simpulkan bahwa konseling kelompok juga efektif untuk
meningkatkan penyesuaian.
Kegiatan bimbingan
kelompok merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling yang diberikan
kepada sejumlah individu dalam bentuk kelompok dengan memanfaatkan dinamika
kelompok untuk membahas topik tertentu yang dipimpin oleh pemimpin
kelompok bertujuan menunjang pemahaman, pengembangan dan pertimbangan
pengambilan keputusan/ tindakan individu.
Sedangkan kegiatan Konseling
kelompok merupakan salah satu layanan konseling yang di selenggarakan dalam
suasana kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok, serta terdapat hubungan
konseling yang hangat, terbuka, permisif dan penuh keakraban.hal ini merupakan
upaya individu untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya
dengan lebih lancar, upaya itu bersifat preventif dan perbaikan. Sebab, pada
konseling kelompok juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien,
penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah, kegiatan
evaluasi dan tindak lanjut.
Ada empat langkah utama
dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling kelompok, yaitu tahap
pembentukan, peralihan, kegiatan, dan pengakhiran.
Hasil yang dharapkan
pada kelompok yaitu dengan anggota memperoleh pemahaman baru dari kegiatan
bimbingan dan konseling kelompok. Juga terentaskanya masalah anggota dalam
kelompok dalam kegiatan koseling kelompok. Anggota dapat terbuka dalam
mengungkapkan pendapat , saran, taupun masalah. Terciptanya hubungan yang
hangat / terciptanya dinamika dalam kelompok.
esc�)pn0?
�OB
bisuan guru
(teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak
(eye
contact and movement), gerakan badan mimik, dan pergantian posisi guru
dalam kelas dan gerak guru
(teachers movement).
2.
Variasi
dalam penggunaan media dan alat pengajaran.
Media dan alat pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat
digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba.
Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut : variasi
alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau
bahan yang dapat didengar (auditif aids), variasi alat atau bahan yang
dapat diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar,
dilihat dan diraba (audio visual aids).
3.
Variasi
pola interaksi dan kegiatan siswa.
Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat
beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai
kegiatan sendiri yang dilakukan anak. Penggunaan variasi pola interaksi
dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk
menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
Adapun jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan sebagai berikut:
·
Pola guru-murid, yakni komunikasi
sebagai aksi (satu arah)
·
Pola guru-murid-guru, yakni ada
balikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antarsiswa (komunikasi
sebagai interaksi)
·
Pola guru-murid-murid, yakni ada
balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
·
Pola guru-murid, murid-guru,
murid-murid. Interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan
murid (komunikasi sebagai transaksi, multiarah)
·
Pola melingkar, dimana setiap siswa
mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan
berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran.
4.
KETERAMPILAN
MENJELASKAN
Keterampilan menjelaskan adalah penyajian
informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan
adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian informasi yang
terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri
utama kegiatan menjelaskan.
a.
Tujuan
Memberikan Penjelasan
ü Membimbing murid untuk mendapatkan dan memahami hukum,
dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
ü Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan
masalah-masalah atau pertanyaan.
ü Untuk mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat
pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
ü Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses
penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
b.
Komponen-komponen
keterampilan menjelaskan
Secara garis besar komponen-komponen keterampilan
menjelaskan terbagi dua, yaitu :
1.
Merencanakan, mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan,
penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan
penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang
telah ditentukan.
2.
Penyajian
suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut : kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian
tekanan, dan penggunaan balikan.
5.
KETERAMPILAN
MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Membuka pelajaran (set induction)
ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian
terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan
memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup
pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran
itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah
dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat
keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar.
Komponen keterampilan membuka
pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi
acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara
materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah
dikuasai siswa. Komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi: meninjau
kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat
ringkasan, dan mengevaluasi.
6.
KETERAMPILAN
MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
Diskusi
kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi,
pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan
strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu
masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir,
berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi
kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan
berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa.
Komponen-komponen keterampilan
membimbing diskusi :
·
memusatkan perhatian siswa pada
tujuan dan topic diskusi
·
memperluas masalah atau urutan
pendapat
·
menganalisis pandangan siswa
·
meningkatkan urunan pikir siswa
·
menyebarkan kesempatan
berpartisipasi
·
menutup diskusi
7.
KETERAMPILAN
MENGELOLA KELAS
Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar,
misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas,
pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau
penetapan norma kelompok yang produktif.
Suatu
kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan
sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk
mencapai tujuan pengajaran. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas
maka perlu diperhatikan komponen-komponen keterampilan, antara lain:
1.
Keterampilan yang berhubungan dengan
penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)..
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal
seperti keterampilan menunjukkan sikap tanggap, member perhatian, memusatkan
perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk-petunjuk yang
jelas, menegur dan member penguatan.
2.
Keterampilan yang berhubungan dengan
pengembalian kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan
dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud
agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi
belajar yang optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang
berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respon yang
sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah,
atau orang tua siswa.
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah
kekeliruan yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut:
1.
campur tangan yang berlebihan (teachers
instruction).
2.
kesenyapan (fade away)
3.
ketidaktepatan memulai dan
mengakhiri kegiatan (stop and stars)
4.
penyimpangan (digression)
5.
bertele-tele (overdwelling)
8.
KETERAMPILAN
MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN
Secara
fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3-
8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran
kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap
setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan siswa.
Komponen
keterampilan yang digunakan adalah: keterampilan mengadakan pendekatan secara
pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan
belajar dan keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.
BAB
III. KESIMPULAN
Diharapkan setelah menguasai delapan keterampilan mengajar
yang telah dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk mahasiswa calon guru
sehingga dapat membina dan mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu
mahasiswa calon guru dalam mengajar. Keterampilan mengajar yang esensial secara
terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat
dan tepat, penguasaan komponen keterampilan mengajar secara lebih baik, dapat
memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen keterampilan yang objektif
dan dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan objektif.
Keterampilan mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat
melaksanakan perannya dalkam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga
pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien.
Disamping itu, keterampilan dasar mengajar merupakan syarat
mutlak agar guru bias mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran.