Rabu, 03 April 2013

KATA PENGANTAR BK


KATA PENGANTAR

Alhamdullilah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunianya penulis dapatm menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Bimbingan dan Konseling Islam. Selama penyusunan makalah ini, penuis mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.
            Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan penyusunan makalh ini. Penulis pun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan seluruh mahasiswa STKIP PGRI Bandar Lampung.


Bandar Lampung,      Maret  2013


Penulis

TUJUAN BK ISLAMI





BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Manusia dilahirkan didunia dengan dibekali akal, pikiran, dan perasaan. Dengan bekal itulah manusia disebut sebagai makluk yang paling sempurna dan diamanati oleh sang pencipta sebagai pemimpin di bumi ini. Akan tetapi seiring dengan bekal akal, pikiran dan perasaan itu pula manusia diselimuti oleh berbagai macam masalah, bahkan ada yang mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk dengan segudang masalah (human with multiproblem). Dengan berbagai masalah  itu ada yang bisa mereka atasi dengan sendirinya atau mereka memerlukan bantuan orang lain (konselor) untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Dan pemberian bantuan dari orang yang ahli (konselor) kepada individu yang membutuhkan (klien) itulah yang dinamakan “konseling”

Dalam memecahkan masalahnya, manusia memiliki banyak pilihan cara, salah satunya adalah dengan cara islam. Mengapa islam? Karena islam mengatur seluruh aspek  kehidupan manusia tak terkecuali berkenaan dengan bimbingan dan konseling.

Dalam makalah ini nanti akan dipaparkan berbagai hal terkait dengan bimbingan konseling islam, termasuk tujuan-tujuan dari bimbingan konseling islam.

2.1     Rumusan Masalah
a.    Apa Makna dan Definisi Bimbingan dan Konseling Islam?
b.   Apa Tujuan dari Dilaksanakannya Bimbingan Konseling Islam ?




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi Bimbingan dan Konseling Islami

A. Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depannya.

Menurut Rochman Natawidjaja, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya.

Menurut Muhammad Surya, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuain diri dengan lingkungannya.[1]

Edwin C. Lewis (1970), mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses dimana orang yang bermasalah (klien) dibantu secara pribadi untuk merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkinkannya berhubungan secara lebih efektif dengan dirinya dan lingkungannya

B. Islam
Istilah Islam dalam wacana studi Islam berasal dari bahasa arab dalam bentuk masdar yang secara harfiyah  berarti selamatsentosa dan damai. Dari kata kerja salima diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan demikian arti pokok Islam secara kebahasaan adalah ketundukan, keselamatan, dan kedamaian. [2]

Secara terminologis, Ibnu Rajab merumuskan pengertian Islam, yakni: Islam ialah penyerahan, kepatuhan dan ketundukan manusia kepada Allah swt. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk perbuatan.

Di samping itu, Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Maliki al-Shawi mendefinisikan Islam dengan rumusan Islam yaitu: atauran Ilahi yang dapat membawa manusia yang berakal sehat menuju kemaslahatan atau kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhiratnya.[3]

Pendapat lain menyatakan bahwa islam adalah agama yang dibawa oleh para utusan Allah dan disempurnakan oleh rasullullah SAW yang memiliki sumber pokok al-quran dan sunnah rasullullah SAW sebagai petunjuk umat islam sepanjang masa.

C. Bimbingan Konseling Islam
Secara sederhana, gabungan dari masing-masing isitilah dari poin A dan B tersebut dapat dikaitkan satu dengan lainnya sehingga menjadi sebutan Bimbingan Konseling Islam. Dalam hal ini, Bimbingan Konseling Islam sebagaimana dimaksudkan di atas adalah terpusat pada tiga dimensi dalam Islam,
yaitu ketundukankeselamatan dan kedamaian. Batasan lebih spesifik, Bimbingan Konseling Islam dirumuskan oleh para ahlinya secara berbeda dalam istilah dan redaksi yang digunakannya, namun sama dalam maksud dan tujuan, bahkan satu dengan yang lain saling melengkapinya. Berdasarkan beberapa rumusan tersebut dapat diambil suatu kesan bahwa yang dimaksud dengan Bimbingan Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.[4]

Pengertian tersebut antara lain didasarkan pada rumusan yang dikemukakan oleh H.M. Arifin, Ahmad Mubarok dan Hamdani Bakran Adz-Dzaki. Bahkan pengertian yang dimaksudkannya adalah mencakup beberapa unsur utama yang saling terkait antara satu dengan lainnya, yaitu: konselor, konseli dan masalah yang dihadapi. Konselor dimaksudkan sebagai orang yang membantu konseli dalam mengatasi masalahnya di saat yang amat kritis sekalipun dalam upaya menyelamatkan konseli dari keadaan yang tidak menguntungkan baik untuk jangka pendek dan utamanya jangka panjang dalam kehidupan yang terus berubah. Konseli dalam hal ini berarti orang yang sedang menghadapi masalah karena dia sendiri tidak mampu dalam menyelesaikan masalahnya. Menurut Imam Sayuti Farid, konseli atau mitra bimbingan konseling Islam adalah individu yang mempunyai masalah yang memerlukan bantuan bimbingan dan konseling. Sedangkan yang dimaksudkan dengan masalah ialah suatu keadaan yang mengakibatkan individu maupun kelompok menjadi rugi atau terganggu dalam melakukan sesuatu aktivitas.[5]

Dalam pandangan Farid Hariyanto (Anggota IKI jogjakarta) dalam makalahnya mengatakan bahwa bimbingan dan konseling dalam Islam adalah landasan berpijak yang benar tentang bagaimana proses konseling itu dapat berlangsung baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif pada klien mengenai cara dan paradigma berfikir, cara menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan wahyu dan paradigma kenabian (Sumber Hukum Islam).[6]

Beberapa ayat al-Quran yang berhubungan dengan bimbingan konseling diantaranya adalah:

    وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar[[7]], merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran:104)

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (An Nahl:125)

2.2  Tujuan Bimbingan Konseling Islam Menurut Para Tokoh

Thohari Musnamar membagi tujuan bimbingan dan konseling Islami menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum dari bimbingan dan konseling Islami adalah membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Tujuan khusus bimbingan dan konseling Islami adalah ;
a.         Membantu individu agar tidak menghadapi masalah
b.        Membantu individu mengatasi masalah yang dihadapi
c.         Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

Tujuan konseling Islami menurut Hamdani Bakran Adz-Dzuki, adalah :

1.        Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah)
2.        Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan, tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan social dan alam sekitarnya
3.        Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih saying
4.        Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta ketabahan untuk menerima ujian-Nya
5.        Untuk menghasilkan potensi ilahiyyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik, menanggulangi berbagai persoalan hidup dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungan pada berbagai aspek kehidupan.

Tujuan bimbingan dan konseling islami dari seminar dan lokakarya nasional bimbingan dan konseling islami II yang diselengarakan di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta tanggal 15-17 Oktober 1987 (dalam Anwar Sutoyo 2007 : 21) diantaranya:
a.              Agar orang yakin bahwa Allah SWT adalah penolong utama dalam segala kesulitan.
b.             Agar orang sadar bahwa manusia tidak ada yang bebas dari masalah, oleh sebab itu manusia wajib berikhtiar dan berdo’a agar dapat menghadapi masalahnya secara wajar dan agara dapat memecahkan masalahnya sesuai tuntunan Allah.
c.              Agar orang sadar bahwa akal dan budi serta seluruh yang dianugrahkan Allah itu harus difungsikan sesuai ajaran islam.
d.             Memperlancar proses pencapaian tujuan pendidikan nasional dan meningkatkan kesehjateraan hidup lahir batin, serta kebahagiaan dunia dan akhirat berdasarkan ajaran islam.

Bimbingan Konseling Islam sifatnya hanya merupakan bantuan saja, sedangkan tanggung jawab dan penyelesaian masalah terletak pada diri individu (Klien) yang bersangkutan. Secara garis besar, tujuan bimbingan dan konseling islami dapat dirumuskan untuk membantu individu mewujudkan dirinya sendiri sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Sedangkan dalam bukunya bimbingan dan konseling dalam islam, Aunur Rahim Faqih membagi tujuan Bimbingan dan Konseling islam dalam tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Tujuan khusus adalah :
1.        Membantu individu mencegah timbulnya masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan belajar/pendidikan anak didik
2.        Membantu individu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar atau pendidikan
3.        Membantu individu memelihara situasi dan kondisi kegiatan belajar agar tetap baik dan mengembangkannya agar jauh lebih baik.

2.3. Tujuan Bimbingan Konseling Islam menurut Kelompok

Secara garis besar dari beberapa pendapat para tokoh diatas dapat kami simpulkan bahwa tujuan umum bimbingan konseling islam ialah untuk membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Sedangkan tujuan dari bimbingan dan konseling dalam Islam yang lebih terperinci adalah sebagai berikut:
1.        Untuk menghasilkan suatu perbuatan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai, bersikap lapang dada dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya.
2.        Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
3.        Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih sayang.
4.        Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintahNya serta ketabahan menerima ujianNya.
5.        Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar; ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup; dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.
6.        Untuk mengembalikan pola pikir dan kebiasaan konseli yang sesuai dengan petunjuk ajaran islam (bersumber pada Al-Quran dan paradigma kenabian .

Bimbingan dan Konseling Islami memiliki Tujuan jangka panjang dan jangka pendek yang hendak dicapai, yakni :

·           Tujuan Jangka Panjang
Agar fitrah yang dikaruniakan Allah kapada indivdu bisa berkembang dan berfungsi baik, sehingga menjadi pribadi kaffah[8], dan secara bertahap mampu mengaktualisasikan apa yang diimaninya itu dalam kehidupan sehari – hari, yang tampil dalam bentuk kepatuhan terhadap hukum-hukum Allah dalam melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi, dan ketaatan dalam beribadah dengan mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
·           Tujuan Jangka Pendek
Terbinanya iman (fitrah) individu hingga membuahkan amal saleh yang dilandasi dengan keyakinan yang benar bahwa:
1.         Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang harus selalu tunduk dan patuh pada segala aturan-Nya.
2.         Selalu ada kebaikan (hikmah) di balik ketentuan (taqdir) Allah yang berlaku atas dirinya
3.         Manusia adalah hamba Allah, yang harus ber-ibadah kepada-Nya sepanjang hayat.
4.         Ada fitrah (iman) yang dikaruniakan Allah kepada setiap manusia, jika fitrah iman dikembangkan dengan baik, akan menjadi pendorong, pengendali, dan sekaligus pemberi arah bagi fitrah jasmani, rohani, dan nafs akan membuahkan amal saleh yang menjamin kehidupannya selamat di dunia dan akhirat.
5.         Esensi iman bukan sekedar ucapan dengan mulut, tetapi lebih dari itu adalah membenarkan dengan hati, dan mewujudkan dalam amal perbuatan.
6.         Hanya dengan melaksanakan syari’t agama secara benar, potensi yang dikaruniakan Allah kepadanya bisa berkembang optimal dan selamat dalam kehidupan di dunia dan akhirat (Sutoyo: 2007)



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.

Tujuan bimbingan dan konseling pendidikan Islam adalah membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan kegiatan belajar / pendidikan, membantu individu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar/pendidikan, dan membantu individu memelihara situasi dan kondisi kegiatan belajar agar tetap baik dan mengembangkannya menjadi lebih baik.


[1] Mohammmad Surya, Psikologi konseling, Pustaka Bani Quraisy. Bandung: 2003 Hal. 2
[2] Asy`ari, Ahm dkk., Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2004),  hal. 2
[3] Ahmad bin Muhammad al-Mali al-Shawi, Syarh al-Shawi `ala Auhar al-Tauhid, hal. 62.
[4] Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus(Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), hal. 4-5
[5]mam Sayuti Farid, Pokok-Pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah, hal. 29
[6] Farid Hariyanto, makalah dalam seminar Bimbingan Dan Konseling AgamaJakarta: 2007 hal. 2
[7] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. 
[8] Pribadi kaffah adalah pribadi utuh, pribadi sempurna, yakni satunya ucap dan perbuatan hanya dipersembahkan kepada Allah SubhanahuWata’ala.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mubarok,Al-Irsyad.2002.Konseling Agama Teori dan Kasus. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru

Anwar Sutoyo.2007.Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktek). Semarang: Cipta Prima Nusantara

Aunur Raqim Faqih. 2001. Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam. Yogyakarta: Pusat Penerbitan UII Press Yogyakarta

Mohammmad Surya.2003.Psikologi konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy


KONSELING KELOMPOK


TUGAS
PENGGANTI UTS

PRAKTIK KONSELING KELOMPOK
Dosen Pengampu : Drs. Dasmin

Disusun Oleh :

FEBRI SOFYANTI               10110079


STKIP PGRI
 










SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIDKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) BANDAR LAMPUNG
2012

BAB I. PENDAHULUAN

Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam rangka membantu konseli menghadapi masalahnya adalah dengan memberikan pelayanan konseling kelompok. Menurut Prayitno (1997) layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok merupakan dua jenis layanan kegiatan yang saling keterkaitannya sangat besar. Keduanya mempergunakan dinamika kelompok sebagai media kegaitannya. Lebih jauh Sukardi dan Kusmawati (2008) mengungkapkan bahwa masalah yang dapat dibahas meliputi berbagai masalah dalam segenap bimbingan (yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir).
Layanan Konseling kelompok yang memungkinkan beberapa orang secara bersama-sama melangsungkan proses kegiatan menjadikannya lebih efisien dalam hal penggunaan waktu. Hal ini tentu menguntungkan banyak pihak, mulai dari konselor itu sendiri dan konselinya. Manfaat lain dari BK kelompok ini adalah menjadi luasnya perspektif siswa yang mengalami masalah karena mendapatkan banyak masukan dari anggota kelompoknya.
Untuk mendapatkan proses yang maksimal dalam pelaksanaan bimbingan konseling kelompok, maka dibutuhkan perencanaan program layanan yang matang. Tidak hanya itu langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses pelaksanaan bimbingan konseling kelompok pun hendaknya telah dipersiapkan dengan matang oleh konselor, bahkan hingga proses tindak lanjut sekali pun.
Masalah dalam konseling kelompok biasanya membahas masalah-masalah umum bagi peserta layanan. Jika suasana kelompok belum tercipta maka sulit bagi peserta layanan untuk mengungkapkan masalah pribadinya sehingga konseling kelompok agak sulit pelaksanaannya

Pelayanan konseling kelompok adalah salah satu kegiatan layanan yang paling banyak dipakai karena lebih efektif. Banyak orang yang mendapatkan layanan sekaligus dalam satu waktu. Layanan ini juga sesuai dengan teori belajar karena mengandung aspek social yaitu belajar bersama. Peserta layanan akan berbagi ide dan saling mempengaruhi untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya.






BAB II. LANDASAN TEORI


a.        Pengertian Bimbingan Kelompok

1)   Menurut Dewa Ketut Sukardi (2002 :48),bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
2)   Menurut Prayitno ( 1995 : 62 ) menyatakan Bimbingan kelompok berarti memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling. Bimbingan kelompok lebih merupakan suatu upaya bimbingan kepada individu-individu melalui kelompok.

b.        Pengertian Konseling Kelompok

1)  Menurut Dewa Ketut Sukardi (2003), konseling kelompok merupakan konseling yang di selenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjdi di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang  bimbingan (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir).
2)  Menurut Winkel (2007),  konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari..
3)  Menurut Prayitno (2004), layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Disana ada konselor dan ada klien, yaitu para anggota kelompok (yang jumlahnya minimal dua orang). Disana terjadi hubungan konseling dalam suasana yang diusahakan sama seperti dalam konseling perorangan yaitu hangat, permisif, terbuka dan penuh keakraban. Dimana juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah (jika perlu dengan menerapkan metode-metode khusus), kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
           
Dari uraian-uraian yang disampaikan beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa:

Layanan Konseling Kelompok (KKp) adalah layanan yang memungkinan peserta didik ( masing-masing anggota kelompok ) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.

Layanan Bimbingan Kelompok (BKp) adalah layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan
 ( topik ) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan ( topik ) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan pengembangan.
Yang sangat menentukan keefektifan layanan kelompok adalah suasana kelompok yang :
1.     Interaksi yang dinamis
2.     Keterikatan emosional
3.     Penerimaan
4.     Altruistik, mengutamakan kepedulian terhadap orang lain
5.     Intelektual (rasional, cerdas dan kreatif). Menambah ilmu dan wawasan individu serta dapat menumbuhkan ide-ide cemerlang.
6.     Katarsis (mengemukakan uneg-unegnya, idenya dan gagasannya). Menyatakan emosinya yang lebih mengarah pada pengungkapan pmasalah yang dipendam.
7.  Empati (suasana yang saling memahami tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan sehingga dapat menyesuaikan sikapnya dengan tepat). Hal ini diciptakan melalui pentahapan dan kemampuan pemimpin kelompok.

Menurut Winkel (2004: 592), Tujuan umum layanan KKp dan BKp adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan. Dalam kaitan ini, sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi atau berkomunikasi seseorang sering terganggu oleh perasaan, pikiran persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif, sempit dan terkungkung serta tidak efektif. Melalui layanan KKp dan BKp hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan, dilonggarkan, diringankan melalui berbagai cara; pikiran yang suntuk, buntu, atau beku dicairkan dan didinamikkan melalui berbagai masukkan dan tanggapan baru; persepsi dan wawasan yang menyimpang dan/atau sempit diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran, penyadaran dan penjelasan; sikap yang tidak objektif, terkungkung dan tidak terkendali, serta tidak efektif digugat dan didobrak; kalau perlu diganti dengan yang baru yang lebih efektif. Melalui kondisi dan proses berperasaan, berpikir, berpersepsi dan berwawasan yang terarah, luwes, dan luas serta dinamis kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi dan bersikap dapat dikembangkan. Khususnya untuk layanan KKp, selain bertujuan sebagaimana BKp, juga bermaksud mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

Dalam layanan KKp dan BKp berperan dua pihak, yaitu pemimpin kelompok dan peserta atau anggota kelompok.
1.      Pemimpin Kelompok
Pemimpin Kelompok ( PK ) adalah konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling profesional. Sebagaimana untuk jenis layanan konseling lainnya, Konselor memiliki ketrampilan khusus menyelenggarakan KKp dan BKp. Dalam KKp dan BKp tugas PK adalah memimpin kelompok yang benuansa layanan konseling melalui “bahasa” konseling untuk mencapai tujuan-tujuan konseling. Secara khusus, PK diwajibkan menghidupkan dinamika kelompok di antara semua peserta seintensif mungkin yang mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dan khusus tersebut di atas.
2.      Anggota Kelompok
Tidak semua kumpulan orang atau individu dapat dijadikan anggota KKp atau BKp. Untuk terselenggaranya KKp atau BKp seorang konselor perlu membentuk kumpulan individu menjadi sebuah kelompok dimana didalam suatu kelompok besarnya kelompok dibatasi. Besarnya kelompok ( jumlah anggota kelompok ), dan homogenitas atau heterogenitas anggota kelompok dapat mempengaruhi kinerja kelompok

LANGKAH-LANGKAH BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

Prosedur pelaksanaan menurut Prayitno Bimbingan kelompok dan Konseling Kelompok diselenggarakan melalui empat tahap kegiatan, yaitu :

1.      Tahap Pembentukan
Dilihat dari prosesnya, pelaksanaan bimbingan dan konseling kelompok diawali dengan tahap pembentukan. Tahap ini merupakan tahap pengenalan dan pelibatan anggota kelompok. Sebelum perkenalan pada bagian awal dijelaskan tujuan umum, prinsip, serta prosedur kegiatan. Jangan lupa, berikan apresiasi kepada semua anggota yang hadir pada saat itu. Apresiasi dapat dilakukan dalam bentuk ucapan selamat datang dan terima kasih atas kehadirannya.

Misalnya :
” Selamat datang anak-anak, pada pertemuan kita kali ini. Senang sekali Ibu bisa bertemu Anda, teriring harapan semuga pertemuan ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi kita semua.”

Sementara itu, agar proses perkenalan efektif, maka guru pembimbing sebaiknya memberikan contoh, sekaligus memulai proses perkenalan.
Setelah selesai, guru pembibing selanjutnya meminta masing-masing siswa memperkenalkan dengan cara dan gayanya sendiri. Dapat diprediksi, cara siswa memperkenalkan diri akan mendekati cara guru guru memperkenalkan diri. Hal ini tentu saja sebuah kemajuan, karena biasanya ketika diminta memperkenalkan diri, mereka hanya sekedar menyebutkan namanya, sesuatu yang selama ini sudah sangat dikenal. Agar suasana lebih terasa familiar, guru pembimbing dapat memberikan lontaran-lontaran kepada siswa yagn memperkenalkan diri, misalnya ketika siswa yang memperkenalkan diri tidak menyebutkan kegemarannya, dapat dilontarkan joke. Lontaran-lontaran tersebut dapat pula dilakuakn oleh anggota kelompok yang lain.
Posisi pemimpin kelompok sangat strategis dalam kegiatan ini. Oleh karena itu pimpinan kelompok perlu memusatkan perhatian pada :
§  Penjelasan tentang tujuan kegiatan
§   Penumbuhan rasa saling mengenal antaranggota
§   Penumbuhan sikap saling mempercayai dan saling menerima
§   Penggerak pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok.

Pada pertemuan pertama, memang harus diakui jika waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing kelompok relative lebih lama, dibandingkan pertemuan-pertemuan berikutnya. Hal ini dapat dipahami, karena pada pertemuan pertama perlu dibangun sebuah komitmen melalui pencairan suasana sekaligus penjelasan tentang tujuan serta prosedur penyelenggaraan bimbingan dan konseling kelompok. Sedangkan pada pertemuan-pertemuan kelompok berikutnya hal ini tidak perlu dilakukan secara rinci seperti ini. Akan tetapi pemberian apresiasi dari guru pembimbing, dengan cara yang khas, tetap perlu dipertahankan. Ungkapan bagaimana keadaan anggota kelompok, atau keadaan keluarga, merupakan cara efektif memeliha dan membangun hubungan antara guru pembibing dengan anggota kelompok, sekaligus menunjukkan apresiasi terhadap keadaan anggota kelompok.

2.      Tahap Peralihan
Setelah tahap perkenalan selesai dilakukan, langkah berikut yang harus dilakukan adalah tahap peralihan. Tahap peralihan pada hakekatnya merupakan jembatan antara tahap pembentukan dengan tahap selanjutnya, yaitu tahap kegiatan. Dengan kata lain, tahap peralihan ini merupakan tahap penegasan bahwa seluruh anggota telah memahami maksud, tujuan, dan prosedur penyelenggaraan bimbingan atau konseling kelompok, dan siap untuk aktifitas kelompok berikutnya. Pada tahap ini, pimpinan kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh masing-masing anggota kelompok pada tahap selanjutnya. Jika kelompok ini termasuk “kelompok bebas,” maka setiap anggota kelompok berhak mengajukan masalah yang menurut pendapatnya penting untuk dibahas. Sementara itu, jika kelompoknnya termasuk “kelompok tugas” maka masalah yang akan dibahas sudah disiapkan oleh pimpinan kelompok (guru pembimbing), dan para siswa diminta memberikan tanggapan dan saran-sarannya terhadap permasalahan yang diungkapkan tersebut.
Salah satu contoh ungkapan yang dapat dilontarkan pada tahap peralihan ini adalah :
“Setelah kita saling mengenal dan mengetahui tujuan bimbingan kelompok, pada tahap selanjutnya saya meminta kalian untuk dapat berpartisipasi secara aktif seperti halnya kita terbuka ketika berkenalan.’
Karena sifatnya penegasan dan jembatan, maka secepat tahap ini selesai, anggota kelompok pada dasarnya sudah siap untuk melakukan pembahasan tentang materi atau topik yang akan dijadikan bahannkajian, pada tahap kegiatan.

3.      Tahap Kegiatan
Tahap kegiatan merupakan tahap inti dari kegiatan bimbingan dan konseling kelompok. Pada tahap ini peran pimpinan kelompok lebih kepada mendorong, menghidupakan, dan mengarahkan dinamika kelompok. Pimpinan kelompok menjadi reflektor dan sirkulator dari proses diskusi kelompok.
Untuk “kelompok bebas,” proses kegiatan dimulai dengan memberikan kesempatan kepada masing-masing anggota kelompok mengemukakan permasalahan atau topik yang akan dibahas. Selanjutnya dihimpun, dipilih, dan disepakati dengan mempertimbangkan factor kemendesakan serta dampak yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut.
Untuk memberikan gambaran pada bagian berikut disajikan contoh, ketika guru pembimbing memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan permasalahan atau topik bimbingan
“Baik, sekarang saya meminta kalian, mengemukakan kira-kira topik atau permasalahan apa yang menurut Anda penting untuk dibahas dalam kegiatan kita kali ini. Masalah yang dikemukakan hendaknya bersifat umum bukan masalah pribadi, karena masalah pribadi akan dibahas dalam forum lain.”
“Baik siapa yang mau memulai …. ?”

Sementara itu, Untuk “Kelompok Tugas,” proses kegiatan dimulai dengan mengemukakan topik yang akan dibahas dan telah dipersiapkan oleh guru pembimbing sebelumnya. Topik ini dapat saja dianggkat dari berbagai kecenderungan prilaku yang dilakukan remaja, seperti dari hasil pengamatan, media masa, atau film.
Pengantar yang dapat dilakukan guru pembimbing, diantaranya :
“Anak-anak topik yang akan dibahas pada pertemuan kali ini berkenaan dengan upaya menciptakan lingkungan sekolah yang bebas narkoba. Kira-kira upaya apa yang menurut kalian tepat untuk kita lakukan ?”
Setelah masalah disepakati, langkah selanjutnya adalah melakukan pembahasan terhadap materi atau topik yang telah disepakati tadi. Dalam pelaksanaannya, guru pembimbing berperan untuk menstimulasi seluruh anggota agar masing-masing anggota berkontribusi, khususnya dalam memberikan pendapat atau solusi terhadap permasalahan yang dibahas. Oleh karena itu, penggunaan teknik brainstorming atau curah pendapat sangat efektif digunakan.
Dengan teknik ini, pada tahap awal, setiap peserta secara bergiliran diminta mengemukakan pendapatnya, dan hanya satu pendapat atau satu solusi dari sejumlah solusi yang mungkin dapat diberikan. Hal ini ini penting dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada semua anggota secara merata, sekaligus menghindari prilaku dominatif dari satu atau dua orang anggota, yang sering terjadi dalam sebuah diskusi
Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah mengendalikan kecenderungan prilaku dominatif tersebut, misalnya :
”Oke, sementara cukup satu dulu ya, kita coba dengarkan pendapat anggota yang lain, bagaimana ?”
Fenomena lain yang perlu diperhatikan dalam sebuah proses kelompok, adalah terlalu cepatnya komentar diberikan terhadap sebuah pendapat. Terlebih lagi jika komentar yang diberikan, bersifat menolak atau negatif. Peran guru pembimbing sebagai reflektor dan sirkulator pembahasan, harus dimainkan secara efektif. Penggunaan kata-kata :”bagus, good ide, menarik sekali pendapatnya, gagasan yang brilian, luar biasa pendapatnya, bagaimana pendapat yang lain”, atau ungkapan-ungkapan lainnya dapat digunakan sebagai media refleksi terhadap pendapat anggota.
Penggunaan ungkapan di atas, merupakan penghargaan sekaligus memberikan kesempatan kepada kelompok untuk mengambil insiatif dalam membahas suatu permasalahan. Dengan langkah seperti ini kelompok akan semakin dinamis, dan hal seperti inilah sesungguhnya yang diharapkan dari sebuah proses bimbingan kelompok.
Berdasarkan pemikiran seperti ini maka bimbingan kelompok bukanlah sebuah pertemuan yang diisi hanya dengan memberikan informasi pada sejumlah siswa dalam sebuah kelompok. Bimbingan kelompok adalah sebuah proses membangun pemahaman dan kesadaran yang dilakukan secara dinamis dalam sebuah kelompok.

4.      Tahap pengakhiran
Tahap ini merupakan tahap akhir dari suatu sesi kegiatan bimbingan dan konseling kelompok. Pada tahap ini perlu disajikan kembali kesimpulan dari hasil-hasil pertemuan sekaligus mengingatkan anggota tentang agenda pertemuan selanjutnya. Dalam prosesnya, upaya menarik kesimpulan sebaiknya dilakukan oleh anggota kelompok, peran guru pembimbing lebih diarahkan pada pemberian penekanan kepada anggota untuk memelihara komitmen anggota.
Sebelum kegiatan ini berakhir, pemimpin kelompok, dalam hal ini guru pembimbing, meminta kesan-kesan dari para peserta dan kesan-kesan tersebut dapat dikaitkan dengan agenda pertemuan berikutnya, misalnya :

”Bagaimana kesan atau komentar Anda tentang kegiatan kita kali ini ?”
Jika peserta terdiam, guru pembimbing dapat menindaklanjutinya dengan pancingan pertanyaan berikut ini :
”Apakah kegiatan kita bermanfaat ? Ada komentar ?”
Jika kesan atau respon yang disampaikan peserta tidak terlalu menggembirakan, guru pembimbing dapat meminta pendapat siswa berkenaan dengan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan produktifitas kegiatan bimbingan kelompok. Sebaliknya jika respon peserta positif, maka pertanyaan berikut dapat diajukan, yaitu :

”Menurut kalian, apakah kegiatan kita ini perlu kita tindaklanjuti ?”
”Jika perlu, kapan sebaiknya pertemuan ini kita lanjutkan ?”

Mengakhiri seluruh rangkaian kegiatan ini, guru pembimbing dapat memberikan ungkapan yang membangkitkan motivasi siswa, seperti :
”Terima kasih, kalian telah berkontribusi secara produktif dalam kegiatan ini, mudah-mudahan hasil pembicaraan yang kita lakukan dapat kita tindaklanjuti dengan baik. Selamat belajar, dan tetap semangat”







BAB III. PENUTUP

Dari uraian yang telah dipaparkan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa membina layanan bimbingan kelompok akan meningkatkan hubungan dan mengelola emosi. Karena membina hubungan dan mengelola emosi juga termasuk dalam indikator penyesuaian dirimaka dapat simpulkan  bahwa konseling kelompok juga efektif untuk meningkatkan penyesuaian.
Kegiatan bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada sejumlah individu dalam bentuk kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk membahas topik tertentu  yang dipimpin oleh pemimpin kelompok bertujuan menunjang pemahaman, pengembangan dan pertimbangan pengambilan keputusan/ tindakan individu.
Sedangkan kegiatan Konseling kelompok merupakan salah satu layanan konseling yang di selenggarakan dalam suasana kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok, serta terdapat hubungan konseling yang hangat, terbuka, permisif dan penuh keakraban.hal ini merupakan upaya individu untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat preventif dan perbaikan. Sebab, pada konseling kelompok juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
Ada empat langkah utama dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling kelompok, yaitu tahap pembentukan, peralihan, kegiatan, dan pengakhiran.
Hasil yang dharapkan pada kelompok yaitu dengan anggota memperoleh pemahaman baru dari kegiatan bimbingan dan konseling kelompok. Juga terentaskanya masalah anggota dalam kelompok dalam kegiatan koseling kelompok. Anggota dapat terbuka dalam mengungkapkan pendapat , saran, taupun masalah. Terciptanya hubungan yang hangat / terciptanya dinamika dalam kelompok.           
esc�)pn0? �OB bisuan guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), gerakan badan mimik, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers movement).
2.      Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut : variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditif aids), variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids).
3.      Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan sendiri yang dilakukan anak. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan. Adapun jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan sebagai berikut:
·         Pola guru-murid, yakni komunikasi sebagai aksi (satu arah)
·         Pola guru-murid-guru, yakni ada balikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antarsiswa (komunikasi sebagai interaksi)
·         Pola guru-murid-murid, yakni ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
·         Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid. Interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi, multiarah)
·         Pola melingkar, dimana setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran.


4.      KETERAMPILAN MENJELASKAN
      Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.


a.      Tujuan Memberikan Penjelasan
ü  Membimbing murid untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
ü  Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
ü  Untuk mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
ü  Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
b.      Komponen-komponen keterampilan menjelaskan
Secara garis besar komponen-komponen keterampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu :
1.      Merencanakan, mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
2.      Penyajian suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.


5.      KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
            Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar.
            Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, dan mengevaluasi.


6.      KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa.

Komponen-komponen keterampilan membimbing diskusi :
·         memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic diskusi
·         memperluas masalah atau urutan pendapat
·         menganalisis pandangan siswa
·         meningkatkan urunan pikir siswa
·         menyebarkan kesempatan berpartisipasi
·         menutup diskusi


7.      KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar, misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen-komponen  keterampilan, antara lain:
1.      Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif).. Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal seperti keterampilan menunjukkan sikap tanggap, member perhatian, memusatkan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur dan member penguatan.
2.      Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini  berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respon yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah, atau orang tua siswa.
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut:
1.      campur tangan yang berlebihan (teachers instruction).
2.      kesenyapan (fade away)
3.      ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stop and stars)
4.      penyimpangan (digression)
5.      bertele-tele (overdwelling)



8.      KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3- 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa.

Komponen keterampilan yang digunakan adalah: keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan belajar dan keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.



BAB III. KESIMPULAN

Diharapkan setelah menguasai delapan keterampilan mengajar yang telah dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk mahasiswa calon guru sehingga dapat membina dan mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu mahasiswa calon guru dalam mengajar. Keterampilan mengajar yang esensial secara terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat dan tepat, penguasaan komponen keterampilan mengajar secara lebih baik, dapat memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen keterampilan yang objektif dan dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan objektif.
Keterampilan mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan perannya dalkam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien.
Disamping itu, keterampilan dasar mengajar merupakan syarat mutlak agar guru bias mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran.