BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia dilahirkan didunia
dengan dibekali akal, pikiran, dan perasaan. Dengan bekal itulah manusia
disebut sebagai makluk yang paling sempurna dan diamanati oleh sang pencipta
sebagai pemimpin di bumi ini. Akan tetapi seiring dengan bekal akal, pikiran
dan perasaan itu pula manusia diselimuti oleh berbagai macam masalah, bahkan
ada yang mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk dengan segudang masalah
(human with multiproblem). Dengan berbagai masalah itu ada yang bisa
mereka atasi dengan sendirinya atau mereka memerlukan bantuan orang lain
(konselor) untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Dan pemberian bantuan dari
orang yang ahli (konselor) kepada individu yang membutuhkan (klien) itulah yang
dinamakan “konseling”
Dalam memecahkan
masalahnya, manusia memiliki banyak pilihan cara, salah satunya adalah dengan
cara islam. Mengapa islam? Karena islam mengatur seluruh
aspek kehidupan manusia tak terkecuali berkenaan dengan bimbingan
dan konseling.
Dalam makalah ini nanti
akan dipaparkan berbagai hal terkait dengan bimbingan konseling islam, termasuk
tujuan-tujuan dari bimbingan konseling
islam.
2.1 Rumusan
Masalah
a. Apa
Makna dan Definisi Bimbingan dan Konseling Islam?
b. Apa
Tujuan dari Dilaksanakannya Bimbingan Konseling Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bimbingan dan Konseling Islami
A. Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan Pasal 27
Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan
kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depannya.
Menurut Rochman
Natawidjaja, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan
kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut
dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan
dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya.
Menurut Muhammad Surya,
bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan
sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian
dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan
yang optimal dan penyesuain diri dengan lingkungannya.[1]
Edwin C. Lewis (1970), mengemukakan
bahwa konseling adalah suatu proses dimana orang yang bermasalah (klien)
dibantu secara pribadi untuk merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan
melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang
menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk
mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkinkannya berhubungan secara lebih
efektif dengan dirinya dan lingkungannya
B. Islam
Istilah Islam dalam
wacana studi Islam berasal dari bahasa arab dalam bentuk masdar yang secara
harfiyah berarti selamat, sentosa dan damai.
Dari kata kerja salima diubah menjadi bentuk aslama yang
berarti berserah diri. Dengan demikian arti pokok Islam secara kebahasaan
adalah ketundukan, keselamatan, dan kedamaian. [2]
Secara terminologis, Ibnu
Rajab merumuskan pengertian Islam, yakni: Islam ialah penyerahan, kepatuhan dan
ketundukan manusia kepada Allah swt. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk
perbuatan.
Di samping itu, Syaikh
Ahmad bin Muhammad Al-Maliki al-Shawi mendefinisikan Islam dengan rumusan Islam
yaitu: atauran Ilahi yang dapat membawa manusia yang berakal sehat menuju
kemaslahatan atau kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhiratnya.[3]
Pendapat lain menyatakan
bahwa islam adalah agama yang dibawa oleh para utusan Allah dan disempurnakan
oleh rasullullah SAW yang memiliki sumber pokok al-quran dan sunnah rasullullah
SAW sebagai petunjuk umat islam sepanjang masa.
C. Bimbingan Konseling
Islam
Secara sederhana, gabungan
dari masing-masing isitilah dari poin A dan B tersebut dapat dikaitkan satu
dengan lainnya sehingga menjadi sebutan Bimbingan Konseling Islam. Dalam hal
ini, Bimbingan Konseling Islam sebagaimana dimaksudkan di atas adalah terpusat
pada tiga dimensi dalam Islam,
yaitu ketundukan, keselamatan dan kedamaian.
Batasan lebih spesifik, Bimbingan Konseling Islam dirumuskan oleh para ahlinya
secara berbeda dalam istilah dan redaksi yang digunakannya, namun sama dalam
maksud dan tujuan, bahkan satu dengan yang lain saling melengkapinya.
Berdasarkan beberapa rumusan tersebut dapat diambil suatu kesan bahwa yang
dimaksud dengan Bimbingan Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan
secara terus menerus dan sistematis terhadap individu atau sekelompok orang
yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya
dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara
harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi
tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.[4]
Pengertian tersebut antara
lain didasarkan pada rumusan yang dikemukakan oleh H.M. Arifin, Ahmad Mubarok
dan Hamdani Bakran Adz-Dzaki. Bahkan pengertian yang dimaksudkannya adalah
mencakup beberapa unsur utama yang saling terkait antara satu dengan lainnya,
yaitu: konselor, konseli dan masalah yang dihadapi. Konselor dimaksudkan
sebagai orang yang membantu konseli dalam mengatasi masalahnya di saat yang
amat kritis sekalipun dalam upaya menyelamatkan konseli dari keadaan yang tidak
menguntungkan baik untuk jangka pendek dan utamanya jangka panjang dalam
kehidupan yang terus berubah. Konseli dalam hal ini berarti orang yang sedang
menghadapi masalah karena dia sendiri tidak mampu dalam menyelesaikan
masalahnya. Menurut Imam Sayuti Farid, konseli atau mitra bimbingan konseling
Islam adalah individu yang mempunyai masalah yang memerlukan bantuan bimbingan
dan konseling. Sedangkan yang dimaksudkan dengan masalah ialah suatu keadaan
yang mengakibatkan individu maupun kelompok menjadi rugi atau terganggu dalam
melakukan sesuatu aktivitas.[5]
Dalam pandangan Farid
Hariyanto (Anggota IKI jogjakarta) dalam makalahnya mengatakan bahwa bimbingan
dan konseling dalam Islam adalah landasan berpijak yang benar tentang bagaimana
proses konseling itu dapat berlangsung baik dan menghasilkan perubahan-perubahan
positif pada klien mengenai cara dan paradigma berfikir, cara menggunakan
potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku
berdasarkan wahyu dan paradigma kenabian (Sumber Hukum Islam).[6]
Beberapa ayat al-Quran yang
berhubungan dengan bimbingan konseling diantaranya adalah:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى
الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ
هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan
hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar[[7]],
merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran:104)
Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”. (An Nahl:125)
2.2 Tujuan Bimbingan Konseling Islam Menurut Para
Tokoh
Thohari Musnamar membagi tujuan bimbingan dan
konseling Islami menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum dari
bimbingan dan konseling Islami adalah membantu individu mewujudkan dirinya
menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat. Tujuan khusus bimbingan dan konseling Islami adalah ;
a.
Membantu individu agar tidak menghadapi
masalah
b.
Membantu individu mengatasi masalah yang
dihadapi
c.
Membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap
baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi
dirinya dan orang lain.
Tujuan konseling Islami menurut Hamdani Bakran
Adz-Dzuki, adalah :
1.
Untuk menghasilkan suatu perubahan,
perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang,
jinak dan damai (muthmainah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapatkan
pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah)
2.
Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan
dan kesopanan, tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri
sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan social dan
alam sekitarnya
3.
Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi)
pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan,
tolong-menolong dan rasa kasih saying
4.
Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada
diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat
kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta ketabahan untuk
menerima ujian-Nya
5.
Untuk menghasilkan potensi ilahiyyah,
sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah
dengan baik, menanggulangi berbagai persoalan hidup dan dapat memberikan
kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungan pada berbagai aspek kehidupan.
Tujuan bimbingan dan konseling islami dari
seminar dan lokakarya nasional bimbingan dan konseling islami II yang
diselengarakan di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta tanggal 15-17 Oktober
1987 (dalam Anwar Sutoyo 2007 : 21) diantaranya:
a.
Agar orang yakin bahwa Allah SWT adalah
penolong utama dalam segala kesulitan.
b.
Agar orang sadar bahwa manusia tidak ada yang
bebas dari masalah, oleh sebab itu manusia wajib berikhtiar dan berdo’a agar
dapat menghadapi masalahnya secara wajar dan agara dapat memecahkan masalahnya
sesuai tuntunan Allah.
c.
Agar orang sadar bahwa akal dan budi serta
seluruh yang dianugrahkan Allah itu harus difungsikan sesuai ajaran islam.
d.
Memperlancar proses pencapaian tujuan
pendidikan nasional dan meningkatkan kesehjateraan hidup lahir batin, serta
kebahagiaan dunia dan akhirat berdasarkan ajaran islam.
Bimbingan Konseling Islam sifatnya hanya
merupakan bantuan saja, sedangkan tanggung jawab dan penyelesaian masalah
terletak pada diri individu (Klien) yang bersangkutan. Secara garis besar,
tujuan bimbingan dan konseling islami dapat dirumuskan untuk membantu individu
mewujudkan dirinya sendiri sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat.
Sedangkan dalam bukunya bimbingan dan konseling dalam islam, Aunur Rahim Faqih membagi
tujuan Bimbingan dan Konseling islam dalam tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan
umum adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Tujuan
khusus adalah :
1.
Membantu individu mencegah timbulnya
masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan belajar/pendidikan anak didik
2.
Membantu individu memecahkan masalah-masalah
yang berkaitan dengan belajar atau pendidikan
3.
Membantu individu memelihara situasi dan
kondisi kegiatan belajar agar tetap baik dan mengembangkannya agar jauh lebih
baik.
2.3. Tujuan Bimbingan
Konseling Islam menurut Kelompok
Secara garis besar dari
beberapa pendapat para tokoh diatas dapat kami simpulkan bahwa tujuan umum
bimbingan konseling islam ialah untuk membantu individu mewujudkan dirinya
sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
Sedangkan tujuan dari
bimbingan dan konseling dalam Islam yang lebih terperinci adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk menghasilkan suatu perbuatan,
perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang,
jinak dan damai, bersikap lapang dada dan mendapatkan pencerahan taufik dan
hidayah Tuhannya.
2.
Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan
dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri
sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan
alam sekitarnya.
3.
Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi)
pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan,
tolong-menolong dan rasa kasih sayang.
4.
Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada
diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat
kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintahNya serta ketabahan menerima
ujianNya.
5.
Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga
dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan
baik dan benar; ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup;
dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada
berbagai aspek kehidupan.
6.
Untuk mengembalikan pola pikir dan kebiasaan
konseli yang sesuai dengan petunjuk ajaran islam (bersumber pada Al-Quran dan
paradigma kenabian .
Bimbingan dan Konseling Islami memiliki Tujuan
jangka panjang dan jangka pendek yang hendak dicapai, yakni :
·
Tujuan Jangka Panjang
Agar fitrah yang
dikaruniakan Allah kapada indivdu bisa berkembang dan berfungsi baik, sehingga
menjadi pribadi kaffah[8],
dan secara bertahap mampu mengaktualisasikan apa yang diimaninya itu dalam
kehidupan sehari – hari, yang tampil dalam bentuk kepatuhan terhadap hukum-hukum
Allah dalam melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi, dan ketaatan dalam
beribadah dengan mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
·
Tujuan Jangka Pendek
Terbinanya iman (fitrah)
individu hingga membuahkan amal saleh yang dilandasi dengan keyakinan yang
benar bahwa:
1.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang
harus selalu tunduk dan patuh pada segala aturan-Nya.
2.
Selalu ada kebaikan (hikmah) di balik
ketentuan (taqdir) Allah yang berlaku atas dirinya
3.
Manusia adalah hamba Allah, yang harus
ber-ibadah kepada-Nya sepanjang hayat.
4.
Ada fitrah (iman) yang dikaruniakan Allah
kepada setiap manusia, jika fitrah iman dikembangkan dengan baik, akan menjadi
pendorong, pengendali, dan sekaligus pemberi arah bagi fitrah jasmani, rohani,
dan nafs akan membuahkan amal saleh yang menjamin kehidupannya selamat di dunia
dan akhirat.
5.
Esensi iman bukan sekedar ucapan dengan
mulut, tetapi lebih dari itu adalah membenarkan dengan hati, dan mewujudkan
dalam amal perbuatan.
6.
Hanya dengan melaksanakan syari’t agama
secara benar, potensi yang dikaruniakan Allah kepadanya bisa berkembang optimal
dan selamat dalam kehidupan di dunia dan akhirat (Sutoyo: 2007)
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konseling Islam adalah
suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap
individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin
untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga
dapat hidup secara harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan
Rasul-Nya demi tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.
Tujuan bimbingan dan
konseling pendidikan Islam adalah membantu individu mencegah timbulnya
problem-problem yang berkaitan dengan kegiatan belajar / pendidikan, membantu
individu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar/pendidikan,
dan membantu individu memelihara situasi dan kondisi kegiatan belajar agar
tetap baik dan mengembangkannya menjadi lebih baik.
[1] Mohammmad Surya, Psikologi
konseling, Pustaka Bani
Quraisy. Bandung: 2003 Hal. 2
[2] Asy`ari, Ahm dkk., Pengantar
Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2004), hal. 2
[3] Ahmad bin Muhammad al-Mali al-Shawi, Syarh al-Shawi `ala Auhar al-Tauhid,
hal. 62.
[4] Ahmad Mubarok, Al-Irsyad
an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus(Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru, 2002), hal. 4-5
[5]mam
Sayuti Farid, Pokok-Pokok
Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah, hal. 29
[6] Farid Hariyanto, makalah dalam seminar Bimbingan Dan Konseling AgamaJakarta:
2007 hal. 2
[7]
Ma'ruf: segala perbuatan
yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan
yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
[8]
Pribadi kaffah adalah pribadi utuh, pribadi sempurna, yakni satunya ucap
dan perbuatan hanya dipersembahkan kepada Allah SubhanahuWata’ala.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Mubarok,Al-Irsyad.2002.Konseling Agama Teori dan Kasus. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru
Anwar
Sutoyo.2007.Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktek).
Semarang: Cipta Prima Nusantara
Aunur Raqim Faqih. 2001. Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam. Yogyakarta: Pusat Penerbitan
UII Press Yogyakarta
Mohammmad Surya.2003.Psikologi konseling. Bandung:
Pustaka Bani Quraisy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar